Mahbub dan Peran Sertanya Membangun Bangsa
Prilakunya yang santun, lemah lembut, sopan bicaranya kepada orang, lebih –
lebih kepada orang tua, luas pengetahuannya, memakai sarung dan peci setiap
keluar rumah, itulah Mahbub, santri asal Purwodadi yang mondok di kota Kudus
Jawa Tengah.
Mahbub yang dulunya adalah anak yang suka nongkrong dengan teman – temannya,
karena sangat minimnya orang yang nyantri dari desanya sehingga dia dan teman –
temannya pun kurang tertarik ketika melihat santri, bahkan ketika mendengar
sebutan anak santri pun tidak tergertak dalam hatinya. Tetapi meskipun begitu,
dia agak penasaran tentang keseharian santri dan seperti apakah kesibukan para
santri di pesantrennya.
Setelah menginjak kelas 2 SMP dia di tawari orang tuanya untuk mondok di
salah satu pesantren di kota Kudus, dengan sifat penasarannya tentang
keseharian para santri itu ia menerima tawaran orang tuanya, akhirnya
berangkatlah dia ke pesantren.
Setelah sampai pesantren barulah dia tahu kegiatan apa saja yang di lakukan
para santri di pesantrennya, selain di beri pelajaran tata cara dan perilaku
yang baik untuk menghadapi masyarakat di setiap harinya. Para santri juga di
sibukkan dengan mengaji, musyawarah, baca – baca buku, majallah, baca’an dan
koran- koran yang di tempelkan di Madin pondok, liburan jum’ah di isi dengan
maulid, latihan ceramah, tak ketinggalan pula sepak bola pada jum’at paginya.
Liburan resmi pondok pertama pada bulan Maulid, mahbubpun agak sedikit
berubah karena kebiasaan dari pondoknya, Masyarakat yang mulanya mengenali
Mahbub adalah anak tongkrongan, yang tak jarang pula berbuat gaduh dengan teman
– temannya, gitaran, bahkan terkadang jogetan bersama teman – temannya. Kini
mereka melihat agak sedikit ada perubahan darinya yaitu agak pendiam.
Libur akhir tahun pertama perubahan Mahbub pun agak mencolok, tutur katanya
pun mulai sopan, kalem, dan agak sedikit tampak pengalamannya, meskipun terus
tetap nongkrong bersama teman – temannya tetapi sudah berubah menjadi pendiam.
Tahun demi tahun Mahbub semakin berubah, selain perubahan dari prilakunya
yang sopan dan santun, penampilannya yang rapi khas ala santri memakai sarung
dan peci, dia juga kelihatan pandai berorganisasi. Suatu kesempatan ketika
libur pondok di waktu akhir tahun , Mahbub mengajak teman – teman nongkrongnya
untuk mensukseskan acara 15 Sya’ban di salah satu musholla di desanya. Dia pun
membagi tugas kepada teman – temannya, sehingga sukseslah acara ketika itu.
Tidak hanya itu, dia juga menampakkan hasil mondoknya dengan mengisi mauidzoh
di acara tersebut, awalnya dia menolak untuk mengisi acara itu, tetapi dengan
pembekalan dari pondoknya ia memberanikan diri tampil di hadapan masyarakat
desanya, dengan tutur bahasa yang rapi, penyampaian yang indah, sehingga para
orang tua desanya pun terkagum – kagum melihatnya.
Akhirnya yang mulanya para orang tua hanya sesekali menanyakan enaknya
mondok atau tidak, setelah acara itu banyak dari orang tua yang ingin
memondokkan anaknya. Yang asal mulanya hanya sedikit orang yang ingin mondok
bersama Mahbub, tetapi tahun demi tahun dia bisa mengajak banyak teman untuk
mondok dari desanya, tak lepas dari itu pula ia bisa mengajak teman – teman
nongkrongnya untuk mondok bersamanya.
Komentar
Posting Komentar